Pembentukan kantor Papua Merdeka di Oxford Inggris adalah bukti keterlibatan internasional untuk memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi I DPR (membidangi luar negeri) Ramadhan Pohan mengindikasikan hal itu. Ada konspirasi internasional di balik 'dukungan' terhadap gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) tersebut.
"Kita waspada, Papua kini sedang dimainkan Internasional. Jelas ada konspirasi di sana," katanya, Senin (6/5/2013), dilansir Inilahcom.
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat tersebut menambahkan ada upaya-upaya pembentukan opini internasional yang dilakukan untuk mengangkat isu Papua merdeka.
Ramadhan menilai, pemerintah Inggris saat ini sedang bermain api dengan bangsa Indonesia.
"Ada upaya Internasionalisasi isu Papua yang tidak pada tempatnya. Inggris sedang bermain api, dan isu kantor OPM ini bola ujian" tuturnya.
Dia meminta pemerintah tidak memble. Harus ada sikap tegas dari pemerintah Indonesia.
"Jika reaksi kita lemah maka bola bisa lepas kontrol, jadi liar, bahaya tuh," pungkasnya.
Papua Merdeka membuka kantor perwakilan resmi mereka di Oxford, Inggris. Pembukaan kantor itu direstui langsung oleh Wali Kota Oxford Mohammed Abbasi dan anggota parlemen Andrew Smith serta mantan wali Kota Oxford, Elise Benjamin.
Keberpihakan Smith tersebut merupakan yang kesekian kalinya ditunjukkan kepada publik terhadap Papua Merdeka. Smith adalah pendiri sekaligus ketua forum Anggota Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP).
Kantor di Oxford tersebut, sebagaimana dirilis freewestpapua.org, diresmikan pada 28 April 2013 lalu. Disebutkan, keberadaan kantor itu akan semakin memperkuat upaya kampanye kemerdekaan Papua.
Sebab, dengan adanya kantor berarti akan bertambah pula staf yang bekerja di sana. Dari kantor inilah, mereka akan mengkoordinasikan gerakan dengan kantor pusat mereka di Port Moresby, Papua Nugini.
Dalam peresmian tersebut, Andrew Smith menyatakan komitmennya untuk mendukung gerakan Papua Merdeka. Wali Kota Oxford juga menyatakan hal serupa saat menggunting pita.
Peresmian juga dihadiri oleh perwakilan dari Papua, Jennifer Robinson and Charles Foster dari International Lawyers for West Papua (ILWP), mahasiswa Oxford University, serta pendukung Papua Merdeka yang ada di Inggris dan Belanda.
(*/Inilah-Editorial)
0 komentar:
Posting Komentar