MUSIM semi baru saja dimulai. Pagi itu suhu menujukkan 15C, meskipun sudah dibaluti jaket, bagi kulit Asia masih terasa dingin. Puluhan pemuda dan pemudi Aceh dengan menumpang kereta api bawah tanah sudah tiba dilapangan Norra Ban torget, Stockholm sejak pukul 10 pagi (1/5).
Mereka lahir dan tumbuh besar di Swedia, tubuhnya tinggi layaknya ukuran orang Eropa. Disamping itu, berkumpul juga komunitas Aceh dari berbagai tempat seperti dari kota Botkyrka, Nyk�ping, �rebro, H�llefors.
Tahun ini kota Stockholm membagi lima kawasan pusat tempat demo. Norra Ban torget, pusat kota Stockholm adalah salah satu yang dipilih oleh aktivis ASNLF Swedia sebagai tempat awal parade dibelakang iringan barisan partai terbesar di Swedia, partai Sosialis Demokrat.
"Sudah seperti menjadi tradisi, sejak tahun 1985, setiap tanggal 1 Mei kita turun ke jalan sambil mengibarkan bendera pusaka Aceh Merdeka serta menyuarakan aspirasi lainnya," kata Yusuf Daud sebelum arakan demo dimulai.
Sambil berbicang singkat, melalui tablet yang tersambung dengan internet, tokoh senior Aceh Merdeka itu memperlihatkan sebuah foto dokumentasi demo 1 Mei tahun 1985 pada sebuah laman web facebook ASNLF yang di terbitkan oleh Acheh Sumatra News Agency (ASNA).
Foto itu terkesan sudah lama berwarna hitam putih, namun masih terlihat sekumpulan pria memegang kain pamflet jumbo dan bendera bulan bintang.
"Kini, lihat saja, kumpulan beberapa generasi Aceh dulu dan sekarang juga ikut bergabung demo," ujarnya dalam bahasa Aceh.
Sekira pukul dua siang, parade dimulai satu persatu yang dikomandoi oleh partai Sosialis Demokrat yang meminta dalam bahasa Swedia kepada perkumpulan Aceh untuk berdiri di avdelning (bagian) nomor 4.
Barisan warga Aceh dengan membawa pamflet, spanduk, plakat, foto, mic berjumlah 40 orang bergerak melintasi jalan utama Karlav�gen. Sebelah kanan jalan terlihat pusat perkantoran, tampak sebuah kantor diplomat dengan tulisan di dindingnya "Embassy of Malaysia ".
Meskipun jauh ribuan Mil dari Aceh, bentangan pamflet pada demo kali ini tentang penolakan bendera Aceh untuk dijadikan milik provinsi Indonesia.
"Secara prinsip ASNLF Swedia menolak bintang bulan sabit dijadikan bendera provinsi serta tetap bersikap rakyat Aceh berhak mengibarkannya tanpa perlu qanun dan persetujuan dari Jakarta," kata mereka dalam sebuah rilis beberapa waktu silam.
Dalam parade tersebut juga diperlihatkan tulisan kecaman kepada bekas jendral militer Indonesia pelanggar HAM di Aceh. Foto mencolok Prabowo, Soenarko menjadi bagian dari spanduk. Dibawahnya tertulis keterangan dalam bahas Inggris yakni sebagai pemberi perintah operasi militer pembunuhan warga sipil Aceh tanpa pengadilan.
"Mungkin saja Jendral Ja** itu tidak tahu kalau foto mereka dipamerkan disini tapi kita orang Aceh tak mungkin lupa kejahatan HAM mereka," ujar Abu Imran.
"Ini dia penjahat HAM di Aceh," teriak Abu melalui mikrofon dalam bahasa Swedia sambil mengangkat tinggi foto Prabowo Subianto.
Pamflet besar bertuliskan "Acheh Has Every Right To Be Independent" diarak dalam barisan depan demo. Parade demo berjalan kaki sepanjang 3 KM dibawah berlangsung tertib dan dikawal oleh pihak keamanan setempat.
(Stockholm, Swedia, - globejournal)
0 komentar:
Posting Komentar