PARIS - Menentukan 1 Ramadan bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti melihat hilal (Bulan sabit). Seringkali penentuan 1 Ramadan berbeda-beda di wilayah yang satu dengan yang lain, namun tampaknya tidak untuk para Muslim di Prancis.
Dilansir Voanews, Jumat (10/5/2013), pemimpin Muslim di Prancis setuju untuk mengakhiri tradisi Islam selama hampir 1.400 tahun dan menggunakan astronomi modern untuk menentukan tanggal Bulan Suci serta hari libur Islam lainnya.
The French Muslim Council (CFCM) mengungkap penggunaan kalkukasi astronomi untuk mengatur tanggal ketimbang mengandalkan pengamatan mata telanjang untuk melihat penampakkan Bulan sabit baru.
Seperti diketahui kendala dalam menentukan 1 Ramadan bisa muncul akibat gangguan cuaca. Secara umum, 1 Ramadan ditentukan setelah terlihatnya hilal, di mana adanya gangguan cuaca mengakibatkan tertundanya penentuan 1 Ramadan hingga satu atau bahkan dua hari akibat cuaca.
Ketua Dewan Mohammad Moussaoui mengatakan, metode tua mengacaukan jadwal Muslim Prancis untuk bekerja, sekolah, serta perayaan. Muslim Prancis berjumlah sekira lima juta dan merupakan yang terbesar di Eropa.
"Sekarang, semua ini akan disederhanakan," ungkap Moussaoui. Ia mengatakan bahwa pengumuman puasa Ramadan akan dimulai pada 9 Juli tahun ini.
Sementara itu, Turki telah menggunakan perhitungan ilmiah untuk menetapkan awal Ramadan sejak satu dekade lalu. Muslim di Jerman, yang merupakan orang-orang asal Turki dan Muslim di Bosnia telah menggunakan metode pendekatan ilmiah ini.
Muslim minoritas di Eropa biasanya menentukan awal Ramadan berdasarkan pada negara asalnya masing-masing atau mengikuti awal Ramadan di Saudi Arabia. Namun, perbedaan penentuan 1 Ramadan tampaknya tidak akan lagi terjadi di Prancis.
"Ini bersejarah. Sekarang semua Muslim di Prancis dapat memulai Ramadan pada hari yang sama,'' kata Lyon Pemimpin Muslim Azzedine Gaci.
(*/msn.com)
0 komentar:
Posting Komentar